KUTIPAN, DAFTAR PUSTAKA DAN CATATAN KAKI
Penulisan
kutipan, daftar pustaka, dan catatan kaki berkaitan erat dengan proses
pengambilan data untuk kepentingan penulisan karya ilmiah. sebelum membahas
lebih lanjut mengenai kutipan, daftar pustaka, dan catatan kaki, kita akan
melihat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data.
- Harus mencantumkan sumber aslinya. Hal ini penting karena pengambilan data tanpa mencantumkan sumber aslinya dapat dikategorikan sebagai penjiplakan atau plagiat.
- Data yang diambil harus sesuai dengan fakta, tidak boleh diubah ataupun direkayasa.
- Pengambilan data hendaknya diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya, baik dari objektivitas, metode pengumpulan, (jika data diperoleh dari pengamatan, pengujian, atau angket) maupun kewenangan pihak pemberi data.
A. Kutipan
Mengutip
pendapat atau tulisan seseorang ada ketentuannya.
- Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
- Kutipan harus sama persis dengan aslinya, baik ejaan, susunan kalimat, dan tanda baca.
- Kutipan yang panjangnya kurang dari 5 baris diintegrasikan dengan teks, spasi dua, dan dibubuhi tanda kutip.
- Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih tidak harus diberi tanda kutip, dipisahkan dari teks utama dengan jarak 2,5 spasi, jarak antarbaris satu spasi, serta seluruh kutipan diketik ke dalam 5—7 ketikan.
- Bila ada bagian yang dihapus, bagian ini diberi tanda titik-titik tiga buah.
- Tiap kutipan diberi nomor pada akhir kutipan dan penulisannya setengah spasi ke atas.
- Tata Cara & Aturan
Penulisan Kutipan langsung tidak lebih dari empat baris
Kutipan ini akan dimasukkan dalam teks dengan cara berikut:
- kutipan diintegrasikan dengan teks;
- jarak antara baris dengan baris dua spasi;
- kutipan diapit dengan tanda kutip;
- sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi ke atas atau dalam kurung ditempatkan nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh:
Supaya
tulisan kita mudah dipahami orang lain, maka kita hendaknya membuat kalimat
yang efektif. Yang dimaksud dengan kalimat efektif itu yang bagaimana? “Kalimat
efektif adalah kalimat yang dengan sadar atau sengaja disusun untuk mencapai
daya informasi yang tepat dan baik” (Parera,1988:42). Dengan demikian…..
- Tata Cara & Aturan Penulisan Kutipan langsung lebih dari empat baris ketentuan penulisannya sebagai berikut:
- kutipan dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi;
- jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
- kutipan boleh atau tidak diapit dengan tanda kutip;
- sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
- seluruh kutipan dimasukkan ke dalam 5 – 7 ketikan.
Contoh:
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
“Anda tidak
bisa menang dalam sebuah debat. Anda tidak bisa, karena kalau Anda kalah, Anda
akan kalah; dan kalau Anda menang, Anda kalah juga. Mengapa? Nah, misalkan Anda
menang atas pihak lawan dan mampu menembak argumennya sehingga penuh lubang,
lalu membuktikan bahwa dia noncomposmentis. Lalu bagaimana? Ya, Anda akan
merasa senang. Tapi bagaimana dengan dia? Anda telah membuatnya merasa rendah
diri” (Carnegie; 1996:181).
………………………………………………………………..
- Tata Cara & Aturan Penulisan Kutipan tidak langsung. Kutipan tidak langsung berupa intisari pendapat yang dikemukakan. Oleh sebab itu, kutipan ini tidak diberi tanda kutip. Syarat penulisan kutipan tidak langsung adalah:
- kutipan diintegrasikan dengan teks;
- jarak antarbaris dua spasi;
- kutipan tidak diapit tanda kutip;
- sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi ke atas, atau dalam kurung ditempatkan nama pengarang, tahun terbit, nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh:
Menurut
Gorys Keraf, kalimat yang baik adalah yang menunjukkan kesatuan gagasan, atau
hanya mengandung satu ide pokok. Bila ada dua kesatuan yang tidak mempunyai
hubungan digabungkan, maka akan merusak kesatuan pikiran (1994 :36).
B. Daftar
Pustaka
Daftar
pustaka atau bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku,
artikel, dan bahan-bahan penerbitan lain yang mempunyai pertalian dengan
karangan yang telah disusun.
Daftar
pustaka berfungsi sebagai sumber informasi bagi seseorang peneliti/penulis agar
hasil tulisannya dapat dipertanggungjawabkan.
Petunjuk
umum penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut.
- Daftar pustaka diletakkan pada bagian akhir tulisan.
- Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
- Nama penulis diurutkan menurut abjad setelah nama pengarang dibalik.
- Tiap sumber bacaan diketik dengan jarak satu spasi.
- Jarak antarsumber bacaan yang satu dengan yang lainnya dua spasi.
Hal-hal lain
yang perlu kita perhatikan dalam penyusunan daftar pustaka adalah sebagai
berikut.
- Nama Pengarang
a
Penulisan nama pengarang dari buku dengan seorang pengarang.
a
Nama keluarga ditulis sebelum nama kecil atau inisial. (Untuk memudahkan
penyusunan secara alfabetis.)
b
Jika buku disusun oleh sebuah komisi/lembaga, nama pengarang.
c
Jika tidak ada nama pengarang, urutan dimulai dari judul buku. Keraf, Gorys.
1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
b
Penulisan nama pengarang dari buku dengan dua atau tiga pengarang.
1)
Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalik. Ketentuan lain sama dengan
bagian pertama.
2)
Urutan nama pengarang harus sesuai dengan yang tercantum dalam halaman judul
buku dan tidak boleh ada perubahan urutan.
Contoh:
Kridalaksana,
Harimurti dan Djoko Kentjono,ed. 1991.Seminar Bahasa Indonesia. 1968.
Ende-Flores: Nusa Indah.
c
Penulisan nama pengarang dari buku dengan banyak pengarang.
1)
Hanya nama pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.
2)
Nama-nama pengarang yang lainnya dituliskan dengan singkatan dkk.
Contoh:
Karso, dkk.
1994. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum.
Bandung:
Angkasa.
- Tahun Terbit
Tahun terbit
ditulis sesudah nama pengarang dipisahkan dengan tanda titik.
- Judul Buku
Judul buku
digarisbawahi atau dicetak miring. Setiap huruf awal kata dalam judul diketik
dengan huruf kapital, kecuali kata depan dan konjungsi.
- Tempat Terbit
Tempat
terbit ditulis sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda titik.
- Penerbit
Nama
penerbit ditulis sesudah tempat terbit dipisahkan dengan tanda titik dua (:)
dan diakhiri dengan titik.
- Penulisan daftar pustaka dari buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih
- Angka jilid ditempatkan sesudah judul dipisahkan dengan sebuah tanda titik.
- Tulisan jilid disingkat Jil. atau Jld..
Contoh:
Soekmono, R.
1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia.Jil.2. Yogyakarta:
Kanisius.
- Penulisan data pustaka dari sebuah buku terjemahan
- Nama pengarang asli diurutkan dalam daftar urutan alfabetis.
- Keterangan penerjemah ditempatkan sesudah judul buku dipisahkan dengan tanda koma.
Contoh:
Multatuli.
1972. Max Havelar, Lelang Kopi Persekutuan
Dagang
Belanda, terj. H.B.
Jassin. Jakarta: Jambatan.
- Data Pustaka dari artikel majalah
- Judul artikel dan judul majalah diapit oleh tanda petik.
- Tidak ada tempat publikasi dan penerbit, tapi dicantumkan nomor, tanggal, dan halaman
Contoh:
Solihin,
Burhan, dkk. ”Selamat Datang di Surga Nirkabel”.Tempo. Edisi 4-10 April
2005, hal 90-91.
- Artikel dari Harian
Tanda titik
dipakai sesudah nama pengarang/penulis, selanjutnya menggunakan tanda koma
sebagai pemisah.
Contoh :
Pramudianto.”Denderita
dan Pemulihan Nias”.Kompas, 2 April 2005, hal 46.
C. Catatan
Kaki
Catatan kaki
adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki
halaman karangan yang bersangkutan. Semua kutipan, baik langsung maupun tidak
langsung dapat dijelaskan sumbernya dalam sebuah catatan kaki. Catatan kaki digunakan
untuk memberikan keterangan, komentar, atau menerangkan sumber kutipan yang
digunakan pada tulisan tersebut. Dengan demikian, catatan kaki dicantumkan
untuk:
- mendukung keabsahan pernyataan penulis yang tercantum di dalam tulisannya,
- petunjuk sumber tulisan,
- memperluas pembahasan yang diperlukan, tetapi tidak relevan jika dimasukkan ke dalam teks tulisan,
- referensi silang (petunjuk pada karya tulis apa dan pada halaman berapa hal yang sama dibahas), dan
- memenuhi kode etik penulisan, dalam hal ini penghargaan terhadap karya orang lain.
Jenis
Catatan Kaki. Catatan kaki ada dua macam, yaitu catatan kaki lengkap dan
catatan kaki singkat.
Catatan kaki
lengkap adalah catatan kaki yang ditulis lengkap dengan mencantumkan:
-
nama pengarang,
-
nama atau nomor seri (jika ada),
-
jumlah jilid (jika ada),
-
nomor cetakan,
-
nama penerbit,
-
tahun terbit, dan
-
nomor halaman.
Sedangkan,
catatan kaki singkat adalah catatan kaki yang ditulis secara singkat, tidak
selengkap catatan kaki jenis pertama. Catatan kaki
singkat terdiri atas tiga macam, yaitu:
- Ibid. adalah singkatan dari ibidum, artinya “sama dengan di atas”. Ibid. dipergunakan untuk menunjukkan catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya.
- Op.cit. adalah singkatan dari opere citato, artinya “dalam karya yang telah dikutip”. Op.cit. digunakan untuk catatan kaki dari sumber yang telah dikutip, tetapi telah disisipi catatan kaki lain dari sumber lain.
- Loc.cit. ialah singkatan dari loco citati, artinya “tempat yang sudah dikutip”. Loc.cit. digunakan seperti op.cit., namun sumber yang dikutip berasal dari halaman yang sama.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam membuat catatan kaki.
- Hubungan catatan kaki dan teks ditandai dengan nomor penunjukan yang ditempatkan agak ke atas setengah spasi dari teks.
- Pemberian nomor urut yang berlaku untuk tiap bab atau untuk judul buku dipergunakan tanda seluruh karangan. koma.
Teknik
pembuatan catatan kaki adalah sebagai berikut.
- Sediakan tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut.
- Sesudah baris terakhir dari teks dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis, mulai dari kiri sepanjang 15 ketikan.
- Dalam jarak 2 spasi dan garis dalam jarak 5-7 ketikan dari margin kiri diketik nomor penunjukan.
- Langsung sesudah nomor, setengah ke bawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.
- Jarak antarbaris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antarcatatan kaki pada halaman yang sama adalah dua spasi.
Unsur-unsur
yang ada dalam catatan kaki dan penulisannya adalah sebagai berikut.
- Pengarang
- Nama pengarang dicantumkan sesuai urutan biasa, pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat.
- Bila terdiri dari dua atau tiga pengarang, semuanya dicantumkan, sedangkan lebih dari 3 orang cukup nama pertama yang dicantumkan. Nama yang lain digantikan dengan singkatan dkk.
- Penunjukan kepada sebuah kumpulan sama dengan no (a) dan (b) ditambah singkatan ed. (editor) di belakang nama penyunting dan dipisahkan dengan tanda koma.
- d. Jika tidak ada pengarang/editor, langsung dimulai dengan judul.
- Semua judul mengikuti peraturan yang sama dengan daftar pustaka.
- Sesudah catatan kaki pertama, penyebutan sumber yang sama digantikan dengan Ibid., Op.cit., Loc.cit..
- c. Sesudah penunjukan pertama sebuah artikel dalam majalah atau harian, maka selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel.
- Tempat dan tahun penerbitan dicantumkan pada referensi pertama dan ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan tanda koma, misalnya (Jakarta, 2005).
- Majalah harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman, tanggal, bulan dan tahun. Semua keterangan dapat ditempatkan dalam kurung.
- Data publikasi sebuah harian terdiri dari hari, tanggal, bulan, tahun, dan nomor halaman. Penanggalan tidak ditempatkan dalam kurung.
- Judul
- Data Publikasi
Cara membuat
catatan kaki lengkap
- Di depan nama pengarang, diberi nomor catatan kaki yang angkanya dinaikkan ke atas setengah spasi.
- Nama pengarang ditulis lengkap. Jika terdapat gelar di depan atau di belakang nama pengarang tersebut, tidak perlu dicantumkan. Jika nama pengarang itu lebih dari satu kata, maka nama tersebut tidak perlu diindeks. (dibalik). Kalau pengarangnya dua orang, maka kedua nama pengarang tersebut ditulis lengkap, tidak diindeks, serta antara nama pertama dan kedua disisipi kata “dan”. Kalau tiga orang, cara penulisannya sama, namun antara nama pertama dan kedua disisipi tanda koma (,) dan antara nama kedua dan ketiga disisipi kata “dan”.
- Antara nama pengarang dan judul buku diberi tanda koma.
- Judul buku ditulis lengkap dan dicetak miring (italik).
- Setelah judul buku, diikuti (tanpa koma) kota tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun terbit yang semuanya berada dalam tanda kurung [(…)]. Antara kota penerbit dan nama penerbit diberi titik dua (:); antara nama penerbit dan tahun terbit diberi tanda koma.
- Di belakang tanda kurung tutup keterangan di atas, diikuti tanda koma, lalu huruf “h atau hal.” yang berarti halaman, dan nomor halaman yang ditutup dengan tanda titik (.). Jika halaman yang dikutip lebih dari satu, maka digunakan huruf “hh” dan nomor halaman ditulis dari halaman pertama sampai terakhir dengan menggunakan tanda hubung (misalnya, hh. 10-25).
- Keterangan tentang jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat terbit atau di luar kurung sebelum nomor halaman, dan ditulis dengan angka Romawi.
Contoh:
2Gorys Keraf, Komposisi
(Ende Flores, 1980), hal. 203.
3Pramudianto, ”Penderitaan dan
Pemulihan Nias”,Kompas,(2 April 2005),hal. 46.
4Burhan Solihin, dkk .”Selamat
Datang di Surga Nirkabel”. Tempo , (April,2005 ),hal. 90 -91.
Cara menulis
catatan kaki singkat
Contoh:
Contoh:
2Ibid., hal. 30.
3Kuntowijoyo, op.cit.,
hal. 37.
4Kuntowijoyo, loc.cit.
- Ibid., op.cit., dan loc.cit. ditulis italik.
- Ibid. diikuti tanda titik, koma, dan nomor halaman.
- Op.cit. di depannya dicantumkan nama pengarang, lalu di belakang op.cit. diikuti nomor halaman.
- Loc.cit. sama dengan op.cit., tetapi tidak diikuti nomor halaman.
- Aturan penulisan nomor catatan kaki sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap.
- Ketentuan penulisan nama sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap.
- Jika halaman yang dikutip lebih dari satu, ketentuan penulisannya, juga sama dengan penulisan pada catatan kaki lengkap.
KUTIPAN
I.
Pengertian Kutipan
Kutipan
adalah Pinjaman pendapat dari seorang pengarang atau seseorang, baik berupa
tulisan dalam buku, majalah, surat kabar, atau bentuk tulisan lainnya, maupun
dalam bentuk lisan. Kutipan sering kita pakai dalam penulisan karya ilmiah.
Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak/belum
menjadi pengetahuan umum,hasil-hasil penelitian terbaru dan pendapat-pendapat
seseorang yang tidak/belum menjadi pendapat umum.jadi,pendapat pribadi tidk
perlu dimasukkan sebagai kutipan.
Dalam
mengutip kita harus menyebutkan sumbernya.Hal itu dimaksudkan sebagai
pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip,dan sebagai
pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut.
II. Prinsip
Menguntip
a.Pengutip
tidak boleh mengadakan perubahan, baik kata-katanya maupun tekniknya.
Bila penulis
terpaksa mengadakan perbaikan, penulis harus memberi keterangan.
Contoh:
‘Tugas bank antara
lain adalah memberi pinjam uang.’
Pengutip
tahu bahwa dalam kalimat itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak boleh
memperbaikinya.
Cara
memperbaikinya:
1) ‘Tugas
bank antara lain memberi pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang.’
2) ‘Tugas bank
antara lain memberi pinjam [Sic!] uang.’
[Sic!]
artinya dikutip sesuai dengan aslinya.
b.
Menghilangkan bagian kutipan
Diperkenankan
menghilangkan bagian kutipan dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu tidak
menyebabkan perubahan makna.
Cara:
1) menghilangkan
bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang dihilangkan diganti
dengan titik berspasi.
2)
menghilangkan bagian kutipan yang lebih dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan titik berspasi sepanjang garis (dari magin kiri
sampai ke margin kanan).
III.
Jenis-jenis Kutipan
A. Kutipan
Langsung
Pengambilan
sumber yg dilakukan dg cara apa adanya sesuai dg aslinya
(ejaan, tanda baca, kata, susunan kalimat dan bahasa).Kutipan dlm bahasa asing sebaiknya disertai penjabaran kutipan dlm bahasa Indonesia.
(ejaan, tanda baca, kata, susunan kalimat dan bahasa).Kutipan dlm bahasa asing sebaiknya disertai penjabaran kutipan dlm bahasa Indonesia.
Pada Kutipan
langsung bila ada hal yang dinilai salah/meragukan,kita beri tanda ( sic!
),yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak
bertanggung jawab atas kesalahan itu.Demikian juga kalau kita menyesuaikan
ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu
menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan
disesuaikan dengan EYD ],dll. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang
salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ].
B.
Kutipan Tidak Langsung
Pengambilan
sumber yg dilakukan dg cara menyadur atau menjabarkan dlm
bentuk
parafrase. Atau pinjaman pendapat dengan mengambil inti sarinya saja. Kutipan
tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit
tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga
dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) .
C. Kutipan
pada catatan kaki.
D. Kutipan
atas ucapan lisan.
E. Kutipan
dalam kutipan.
F. Kutipan
langsung pada materi.
IV. Teknik
Mengutip
a.Kutipan
Langsung
1)Yang tidak
lebih dari empat baris:
a)Kutipan
diintegrasikan dengan teks
b)Jarak
antar baris kutipan dua spasi
c)Kutipan
diapit dengan tanda kutip
d)Sesudah
kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam
tanda kurung ditulis sumber dari mana kutipan itu
diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun
terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.
2) Yang
lebih dari empat baris:
- kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
- jarak antar baris kutipan satu spasi
- kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan
- kutipan diapit oleh tanda kutip atau tidak diapit tanda kutip
- di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)).
b. Kutipan
tak langsung
- Kutipan diintegrasikan dengan teks
- Jarak antar baris kutipan spasi rangkap
- kutipan tidak diapit tanda kutip
- sesudah selesai diberi sumber kutipan.
c. Kutipan
pada catatan kaki
Kutipan
selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan
diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.
d. Kutipan
atas ucapan lisan
Harus
dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang
pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau tidak
langsung.
e. Kutipan
dalam kutipan
Kadang-kadang
terjadi bahwa dalam kutipan terdapat kutipan. Dapat dilakukan dengan dua cara:
1) bila
kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat
mempergunakan tanda kutip tunggal atau tanda kutip ganda
2) bila
kutipan asli memakai tanda kutip tunggal, kutipan dalam kutipan memakai tanda
kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan
dalam kutipan memakai tanda kutip tunggal.
f. Kutipan
langsung pada materi
Kutipan
langsung dimulai dengan materi kutipan hingga penghentian terdekat (dapat
berupa koma, titik koma, atau titik) disusul dengan sisipan penjelas siapa yang
berbicara.
V.
CARA PENULISAN KUTIPAN
a.…………………………………………..(Kalshoven,
2004:15)
b. Menurut
Kalshoven (2004: 25),……………………………
c.……………………….(Nida,
2005: 17; Thomas,2003: 28;Anwar, 2002: 45).
d.
…………..(Chomsky, 1999a) dan dipertegas dalam artikel lain (Chomsky, 1999b: 78).
e.Wojowasito
(dalam Ramlan, 1985: 30), “Dalam bahasa Indonesia terdapat 12 katagori kata.”
f.Menurut
Cartier (dalam Stein, 20004:66) menyatakan bahwa
g. Menurut
Stein (Ed., 2005:92) menyatakan,………
Penulisan
nama pengarang:
Kapital
Semua (jarang dipakai)
Kapital Awal
(Umum dipakai)
–Sesuai
dengan nama aslinya , tanpa title.
–Jika
singkat hanya nama depan saja.
Bila
Pengarang > 2 orang•kutipan I ditulis semua
•kutipan II dst…………..dkk./et.al.
•Contoh : Ir.Dian Hartatie,MP (I)
•Ir. Sri Rahayu Putri,MP
•kutipan II dst…………..dkk./et.al.
•Contoh : Ir.Dian Hartatie,MP (I)
•Ir. Sri Rahayu Putri,MP
»Bpk Budi
Hariyanto,Amd
DAFTAR PUSTAKA
I.
Pengertian
Definisi
daftar pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang
mencantmkan judul buku, nama pengarang, penerbit dsb yang ditempatkan pada bagian
akhir suatu karangan atau bku dan disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri
didefinisikan sebagai catatan sejumlah nama atau hal yang disususn berderet
dari atas ke bawah.
Menurut
Gorys Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan bibliografi atau
daftar
kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku. artikel-artikel.
dan bahan-bahan penerbitan lainnya. yang mempunyai pertalian dengan sebuah
karangan atau sehagian dan karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam.
bibliografi mungkin tidak penting artinya, tetapi bagi seorang sarjana seorang
calon sarjana. atau scorang cendekiawan. daftar kepustakaan itu merupakan suatu
hat yang sangat penting.
II.
Unsur-unsur Daftar Pustaka
Untuk
persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan bibiografi itu,
tiap penulis harus tahui pokok-pokok mana yang harus dicatat. Pokok yang paling
penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi adalah:
(1) Nama
pengarang, yang dikutip secara lengkap.
(2) Judul
Buku, termasuk judul tambahannya.
(3)Data
publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke-berapa,
nomor jilid,
dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
(4) Untuk
sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan,
nama
majalah, jilid. nomor dan tahun.
III. Teknik
Penulisan Daftar Pustaka
A. UNSUR‐UNSUR YANG
HARUS DIMUAT DALAM KEPUSTAKAAN:
- Nama penulis yang disesuaikan dengan sistem penulisan katalog dalam perpustakaan, contoh: seperti pada poin 2 di atas.
- Judul buku (dengan huruf italic) sebagaimana yang tercantum pada sampul buku atau pada halaman judul buku, kemudian diikuti dengan jilidnya (kalau ada).
- Data penerbitan, yaitu cetakan atau edisi, tempat penerbit, nama penerbit dan tahun terbitnya. Jika data penerbitan tidak ada atau salah satu datanya tidak ada,maka digunakan singkatan berikut:
[t.d.] jika
sama sekali tidak ada data yang tercantum;
[t.t.] jika tempat penerbitan tidak ada;
[t.p.] jika nama penerbit tidak ada;
[t.th.] jika tahun penerbitan tidak ada.
[t.t.] jika tempat penerbitan tidak ada;
[t.p.] jika nama penerbit tidak ada;
[t.th.] jika tahun penerbitan tidak ada.
B.
UNTUK REFERENSI DARI SURAT KABAR ATAU MAJALAH
Unsur‐unsur yang
perlu dicantumkan untuk referensi dari surat kabar atau majalah adalah:
1. Nama Pengarang (jika ada);
2. Untuk artikel yang tidak disertai nama pengarang (anonim) maka dicantumkan Judul Artikel dalam tanda kutip, yang diikuti dengan keterangan dalam kurung siku ([]) tentang jenis tulisan seperti berita atau tajuk;
3. Nama Surat Kabar/Majalah (dengan huruf italic); dan
4. Data Penerbitan, yakni: nomor, bulan dan tahun, kemudian halaman‐halaman dimana artikel itu dimuat.
Contohnya:
Suryohadiprojo, Sayidman. “Tantangan Mengatasi Berbagai
Kesenjangan.” Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6‐8
1. Nama Pengarang (jika ada);
2. Untuk artikel yang tidak disertai nama pengarang (anonim) maka dicantumkan Judul Artikel dalam tanda kutip, yang diikuti dengan keterangan dalam kurung siku ([]) tentang jenis tulisan seperti berita atau tajuk;
3. Nama Surat Kabar/Majalah (dengan huruf italic); dan
4. Data Penerbitan, yakni: nomor, bulan dan tahun, kemudian halaman‐halaman dimana artikel itu dimuat.
Contohnya:
Suryohadiprojo, Sayidman. “Tantangan Mengatasi Berbagai
Kesenjangan.” Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6‐8
C.
ARTIKEL DAN ENSIKLOPEDIA
Unsur
referensi esiklopedia yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Penyusun Artikel,
2. Judul Artikel dalam tanda kutip,
3. Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada),
4. Judul Ensiklopedia (dengan huruf italic),
5. Jilid,
6. Data Penerbitan, dan
7. Halaman yang memuat artikel itu.
Contohnya:
Edgel, Beatrice. “Conception.” Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of Religion
and Ethics. Jilid 3. New York: Charles Schribner’s Son, 1979, h. 796‐797.
1. Nama Penyusun Artikel,
2. Judul Artikel dalam tanda kutip,
3. Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada),
4. Judul Ensiklopedia (dengan huruf italic),
5. Jilid,
6. Data Penerbitan, dan
7. Halaman yang memuat artikel itu.
Contohnya:
Edgel, Beatrice. “Conception.” Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of Religion
and Ethics. Jilid 3. New York: Charles Schribner’s Son, 1979, h. 796‐797.
D. REFERENSI
PERUNDANG‐UNDANGAN
Penerbitan
yang dapat dijadikan sebagai referensi kepustakaan adalah naskah resmi yang
diterbitkan oleh lembaga pemerintahan himpunan peraturan perundang‐undangan yang
diterbitkan secara khusus. Dalam hal ini dicantumkan:
1. Nama Lembaga Pemerintahan yang berwenang mengeluarkan peraturan
bersangkutan,
2. Judul undang‐undang atau peraturan dan materinya,
3. Data Penerbitan.
Contohnya:
Republik Indonesia. Undang‐Undang Dasar 1945.
Republik Indonesia. “Undang‐undang RI Nomor I Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 1969.” Dalam Undang‐Undang Keormasan (Parpol & Golkar) 1985. Jakarta: Dharma Bakti, t.th.
diterbitkan oleh lembaga pemerintahan himpunan peraturan perundang‐undangan yang
diterbitkan secara khusus. Dalam hal ini dicantumkan:
1. Nama Lembaga Pemerintahan yang berwenang mengeluarkan peraturan
bersangkutan,
2. Judul undang‐undang atau peraturan dan materinya,
3. Data Penerbitan.
Contohnya:
Republik Indonesia. Undang‐Undang Dasar 1945.
Republik Indonesia. “Undang‐undang RI Nomor I Tahun 1985 tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 1969.” Dalam Undang‐Undang Keormasan (Parpol & Golkar) 1985. Jakarta: Dharma Bakti, t.th.
Referensi
seperti tersebut dalam contoh kedua di atas tidak dapat dipakai
terutama untuk penulisan tesis/disertasi karena merupakan sumber sekunder.
terutama untuk penulisan tesis/disertasi karena merupakan sumber sekunder.
E.
SUMBER‐SUMBER YANG TIDAK DITERBITKAN
Untuk sumber‐sumber yang
tidak diterbitkan, misalnya tesis magister, atau disertasi doktor,
maka unsur‐unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Penyusun,
2. Judul (dalam tanda petik), kemudian
3. Keterangan menganai disertasi, tempat dipertahankannya, dan tahunnya.
maka unsur‐unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Penyusun,
2. Judul (dalam tanda petik), kemudian
3. Keterangan menganai disertasi, tempat dipertahankannya, dan tahunnya.
Contohnya:
Halim, H. M. Arief. “Konsep Metode Dakwah dalam Al‐Qur’an.” Tesis. Ujung
Pandang: Program Pascasarjana IAIN Alauddin, 1993.
Halim, H. M. Arief. “Konsep Metode Dakwah dalam Al‐Qur’an.” Tesis. Ujung
Pandang: Program Pascasarjana IAIN Alauddin, 1993.
F.
UNTUK BUKU TERJEMAHAN
Untuk buku
terjemahan, unsur‐unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang Buku Asli,
2. Judul Buku Asli (Italic), diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, yang langsung diikuti
oleh Nama Penerjemah, kemudian diikuti dengan kalimat: dengan judul, yang
langsung diikuti oleh judul terjemahan (italic), dan
3. Data Penerbitan.
Note: Kalau buku terjemahan itu tidak diketahui judul aslinya, maka setelah nama pengarang, disebutkan judul terjemahannya, diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, lalu nama penerjemah, tanpa menyebutkan lagi judul terjemahannya, karena telah disebut sebelumnya.
1. Nama Pengarang Buku Asli,
2. Judul Buku Asli (Italic), diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, yang langsung diikuti
oleh Nama Penerjemah, kemudian diikuti dengan kalimat: dengan judul, yang
langsung diikuti oleh judul terjemahan (italic), dan
3. Data Penerbitan.
Note: Kalau buku terjemahan itu tidak diketahui judul aslinya, maka setelah nama pengarang, disebutkan judul terjemahannya, diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, lalu nama penerjemah, tanpa menyebutkan lagi judul terjemahannya, karena telah disebut sebelumnya.
Contohnya:
Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh al‐Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan Muhammad Fuad Hariri dengan judul Al‐Qur’an: Paradigma Hukum dan
Peradaban. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh al‐Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan Muhammad Fuad Hariri dengan judul Al‐Qur’an: Paradigma Hukum dan
Peradaban. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Jika tidak
diketahui judul aslinya:
Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh
al‐Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan
Muhammad Fuad Hariri. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh
al‐Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan
Muhammad Fuad Hariri. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
IV.
Macam-macam Bibliografi
a. Buku-buku
dasar : buku yang dipergunakan sebagai bahan
orientasi
umum mengenai pokok yang digarap itu.
b. Buku-buku
khusus : yaitu buku-buku yang dipakai oleh penulis untuk mencari bahan-bahan
yang langsung bertalian dengan pokok persoalan yang digarap.
c. Buku-buku
pelengkap : buku-buku yang topiknya lain dari topik
yang digarap
penulis.
V.
Penyusunan Bibliografi
Untuk
menyusun sebuah daftar yang final perlu diperhatikan terlebih dahulu hal-hal
berikut :
a. Nama
pengarang diurutkan menurut alfabet, Nama yang dipakai dalam
urutan itu
adalah nama keluarga.
b. Bila
tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan
dalam urutan
alfabet.
c. Jika
untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk
referensi yang kedua dan seterusnya , nama pengarang tidak perlu
diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketukan.
d. Jarak
antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi.
Tetapi jarak
antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris
pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997 : 222).
sumber :
pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files../99009-4-987938587146.doc
ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18343/Kutipan.ppt
ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/18343/Kutipan.ppt
Cara Menulis Kutipan
- Kutipan langsung (pendek), kurang dari 3 baris
Mengutip persis seperti aslinya. Misalnya:
undang-undang, anggaran dasar, dsb. Kutipan langsung harus menggunakan tanda
kutip ["].
Contoh:
Dinyatakan oleh Septiyantono
(2002:154), "Pelayanan prima sangat bergantung pada kemauan dan kemampuan
(skill) staf perpustakaan". Meskipun demikian, ada pendapat lain
yang mengatakan bahwa pelayanan prima tidak terletak pada skill seseorang,
tetapi terletak pada sistem yang digunakan (Lasa Hs, 2004:25). [Pendapat Lasa
Hs itu dikutip secara tidak langsung]
Pelayanan prima harus didukung
dengan fasilitas yang baik. Namun, "Pelayanan prima sangat bergantung pada
kemauan dan kemampuan (skill) staf perpustakaan" (Septiyantono,
1999:154).
2. Kutipan langsung (panjang), lebih dari 3 baris
- sumber informasi: pengarang, tahun terbit, dan halaman
- kutipan dimulai sejajar dengan paragraf
- diketik dengan jarak 1 spasi
- jika terdapat paragraf dalam kutipan, garis baru ditulis mulai dengan lima ketukan (satu tab).
Contoh:
Inti dari belajar dan membaca adalah mengambil hal
yang penting untuk selalu diingat. Berkenaan dengan kemampuan mengingat,
Soedarso (2001:74) menyatakan sebagai berikut.
"Daya ingatan kita umumnya
hanya mampu mengingat 50% dari apa yang kita baca satu jam berselang dan dalam
dua hari berikutnya tinggal 30% saja. Teknik-teknik membaca seperti dalam
prabaca, SQ3R, dan teknik-teknik yang lain dimaksudkan untuk mengingatkan daya
ingat terhadap apa yang dibaca."
Sementara itu Rosidi (2005:123) menyatakan kemampuan
mengingat hanya 30% dalam kurun satu jam. Hal itu telah dibuktikan pada ......
3. Kutipan tidak langsung
Kutipan yang dikemukakan dengan
bahasa penulis sendiri. Kutipan seperti itu lazim disebut dengan parafrase.
Pada hakikatnya seorang penulis
harus mampu menyatakan pendapat orang lain dalam bahasanya sendiri agar
mencerminkan kepribadiannya. Kutipan langsung ditulis tanpa tanda kutip dan
terpadu dengan tubuh karya tulis.
Contoh:
Sidik (2002a:35) tidak menduga bahwa
kondisi umum perpustakaan madrasah aliyah di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat
tidak representatif sebagai sumber belajar.
Secara umum, perpustakaan madrasah
aliyah di Daerah Istimewa Yogyakarta kondisinya tidak layak dijadikan sebagai
sumber belajar (Sidik, 2002b:35).
Apabila nama pengarang dicantumkan di dalam teks,
ikutilah nama pengarang dengan tahun terbit dalam kurung.
Misalnya:
Dalam kaitannya dengan minat baca, Masruri (2003:23)
menyatakan bahwa …….
Apabila nama pengarang tidak dinyatakan di dalam teks,
cantumkan nama akhir pengarang dan tahun terbit, serta tanda koma di antaranya,
diikuti penunjuk halaman.
Misalnya:
Pembinaan minat baca terkait dengan beberapa hal
(lihat Riyadi, 2000:77—83), di antara, yang paling mendasar adalah (1) ……., (2)
…………., dan (3) ………..
Penunjuk halaman pengutipan mengikuti tahun terbit,
didahului titik dua, tanpa menggunakan singkatan hlm., hal., p., atau
pp.
Misalnya:
Dinyatakan oleh Qolyubi (2005:5) bahwa ………………
Qolyubi (2005:5) menyatakan "Tingkat keberhasilan
……."
Dalam kurung dapat juga diberi penjelasan ringkas yang
bertalian dengan acuan.
Misalnya:
Pernyataan itu setelah diujikan dilapangan (pendapat
senada dapat lihat Boorn, 1999:98—101) mengandung beberapa kelemahan, antara
lain, ialah ..........
Untuk acuan dua pengarang, cantumkanlah nama akhir
kedua pengarangan itu; lebih dua pengarang, gunakanlah singkatan dkk.
Misalnya:
Ujung tombak perpustakaan terletak pada pelayanan
prima (Rosma dan Zein, 2004:45). Senada dengan hal itu, dikemukakan (Zulaikha
dkk, 2004:111) bahwa ………..
Dua acuan atau lebih yang digunakan untuk menyatakan
hal yang sama, cantumkanlah nama akhir masing-masing pengarangan, diikuti tahun
dan halaman, dan masing-masing acuan dipisahkan dengan titik koma (;).
Misalnya:
Dalam kaitannya dengan menumbuhkembangkan kultur baca
(Sidik, 2003:23; Lasa Hs., 1999:12; Zulaikha, 2005:34; Purwono, 2007:34)
mendasarkan pada hal yang sama, yaitu ………………………
Apabila diperlukan lebih dari acuan terhadap pengarang
dan tahun terbit yang sama, gunakanlah huruf a dan b pada akhir
tahun penerbit sebagai pembeda. Akan tetapi, dapat juga terjadi untuk tahun
terbit berbeda dengan pernyataan yang sama.
Misalnya:
- Lain halnya dengan hal tersebut di atas, Tampubolon (1999a:23) dan kemudian dipertegas kembalai pada sebuah artikel (1999b:12), menyatakan bahwa ………………….
- Senada dengan hal itu, Tampubolon (1999:23) dan kemudian dipertegas kembalai pada sebuah artikel (2001:12), menyebutkan bahwa ………………….
MENGUTIP PENDAPAT SESEORANG YANG TERDAPAT PADA KARYA
ORANG LAIN
Mengutip pendapat seseorang yang terdapat pada karya
orang lain dapat dilakukan jika sudah terpaksa, yaitu sumber primernya tidak
dapat ditemukan.
Misalnya:
"Membiarkan anak-anak menggunakan bahasa tanpa
bimbingan yang baik di sekolah akan menimbulkan kekacauan pemakaian
bahasa" (Rosidi dalam Sidik, 20092:34). Tanda angka dua (2)
di belakang tahun terbit untuk menandakan jilid buku yang dikutip.
Penyitiran dari karya editor, penulisan menggunakan
singkatan Ed. dibelakang nama akhir editornya dalam tanda kurung siku.
Misalnya:
Dinyatakan oleh Qolyubi [Ed.] (2003:56) bahwa ……………..
Pengutipan
secara langsung à
gunakan tanda kutip ["]
gunakan tanda kutip ["]
- Kutipan pendek (kurang dari dua baris)
- Kutipan panjang (lebih dari tiga baris)
"Membiarkan anak-anak
menggunakan bahasa tanpa bimbingan yang baik di sekolah akan menimbulkan
kekacauan pemakaian bahasa. Guru sangat berperan mengarahkan setiap anak dalam
berbahasa" (Rosidi dalam Halim, 1976:34).
- Pengutipan tidak langsung (parafrase) à tidak menggunakan tanda kutip [mengutip dengan menggunakan bahasanya sendiri].
- Pengutipan dari internet dapat dilakukan hanya jika terpaksa.
- Informasi dari internet tetap diperlukan, tetapi sebaiknya "hanya" dijadikan data.
CATATAN KAKI
Dalam penyajian laporan penelitian (makalah, skripsi,
dsb.) biasanya diperlukan yang lazim disebut catatan kaki. Catatan kaki
itu digunakan untuk
- untuk menunjang fakta, konsep, dan gagasan, atau untuk memberikan informasi sumber data, dan lain-lain yang relevan;
- untuk memberikan penjelasan tambahan tentang suatu masalah yang dikemukakan dalam teks atau untuk menjelaskan definisi istilah secara lebih cermat.
Misalnya:
Jika perpustakaan merupakan representasi dan
kelanjutan dari budaya baca dan tulis, pembangunan perpustakaan harus
mengiringi pembinaan dan pengembangan budaya baca dan tulis. Akan sangat
sia-sia dan absurd bila penyelenggaraan perpustakaan tanpa didahului
atau dibarengi dengan pembinaan minat baca1.
Masyarakat membaca yang patut dipahami adalah
masyarakat yang tidak sekadar mampu membaca bahan bacaan2, seperti
ketika pendidikan belum tersebar luas, tetapi masyarakat mampu mengetahui
secara luas dan mendalam cipta, rasa, dan karsa sebagai buah kebudayaan.
Di dalam
kejawen (aliran kebatinan) eling3 menjadi inti pokok ajaran
yang selalu ditekankan.
_______________
1Disampaikan oleh Taufik Adnan Amal pada Pelatihan Pustakawan MI dan MTs,
tanggal 2 Oktober 2008 di Bandar Lampung. Hal yang diungkapkan itu, kata
Taufik, pernah dimuat dalam Harian Kompas 15 November 2000.
2Banyak umat Islam di Indonesia yang hanya lancar dan
rajin membaca Alquran, tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Akibatnya apa
yang terkandung di dalam ajaran Alquran tidak membekas dan tidak berdampak
apa-apa dalam perilaku kehidupannya.
3Dalam ajaran kebatinan, kata eling tidak hanya bermakna 'ingat',
tetapi penyadaran akan hakikat hidup manusia sebagai makhluk Tuhan.
4Wawancara dengan ?(jabatan), di mana? kapan?
5diakses dari www:jipi.com.html. tanggal 7 Mei 2009, pukul 14:30:12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar