Model Model
Pembelajaran
Beberapa model pembelajaran tersebut antara lain dikemukakan oleh Laap,
Bender, Ellonwood, dan John (1975) yang berpendapat bahwa berbagai aktivitas
belajar mengajar dapat dijabarkan dari empat model utama, yaitu:
- The Classical Model, dimana guru lebih menitik beratkan peranannya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang disajikannya.
- The Technological Model, yang lebih menitik beratkan peranan pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititik beratkan untuk mencapai kompetensi individual siswa.
- The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya.
- The Interaction Model, dengan menitik beratkan pola interdepensi antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialog di dalam proses pembelajaran.
Strallin (1997), mengemukakan 5 model dalam pembelajaran yaitu diantaranya:
1. The Exploratory Model, model ini pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan
independensi siswa.
2. The Group Process Model, model ini utamanya diarahkan untuk mengembangkan kesadaran diri, rasa
tanggung jawab dan kemampuan bekerja sama antara siswa.
3. The Developmental Cognitive Model, yang menitik beratkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
kognitif.
4. The Programmed Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar melalui modifikasi tingkah laku.
5. The Fundemental Model, yang dititik beratkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
dasar melalui pengetahuan faktual.
1) Kelompok Model Interaksi Sosial (Social
Interaction Models)
Model interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang beranjak dari
pandangan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari realitas kehidupan, individu
tidak mungkin melepaskan dirinya dari interaksi dengan orang lain. Karena itu
proses pembelajaran harus dapat menjadi wahana untuk mempersiapkan siswa agar
dapat berinteraksi secara luas dengan masyarakat.
Model-model sosial ini telah banyak diteliti dalam rangka menguji keberlakuannya.
David, Johnson dkk (1994:1991), Slavin (1993) telah bekerjasama dengan para
guru untuk mengkaji kemanfaatan dari penggunaan cooperative reward atau hadiah yang diberikan atas suatu kerjasama,
dan struktur tugas-tugas kerjasama atau cooperative
task structure dalam suatu kegiatan kelompok. Hasilnya cukup meyakinkan,
ternyata belajar bersama dapat membantu siswa mengembangkan berbagai dimensi
kemampuannya yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar (winataputra, 2005:6).
Kelompok model interaksi sosial ini meliputi sejumlah model, yaitu;
Investigasi Kelompok (Group
Investigation), Bermain Peran (Role
Playing), Penelitian Yurisprodensial (Yurisprodential
Inquiry), Latihan Laboratoris (Laboratory
Training), Penelitian Ilmu Sosial (Social
Science Inquiry).
a. Investigasi
Kelompok (Group Investigation).
Untuk mendukung pemahaman secara mendasar dan menyeluruh tentang
Investigasi Kelompok (Group
Investigation). Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan siswa di dalam
proses pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah
sentral dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Dan oleh sebab itu, pula
bermaknaan pembelajaran sesungguhnya akan sangat tergantung pada
bagaimana kebutuhan-kebutuhan siswa dalam memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan, nilai-nilai, serta pengamalan mereka dapat terpenuhi secara
optimal melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Keaktifan siswa
melalui investigasi kelompok ini diwujudkan di dalam aktivitas saling bertukar
pikiran melalui komunitas yang terbuka dan bebas serta kebersamaan mulai dari
kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan pemilihan topik-topik
investigasi, kondisi ini akan memberikan dorongan yang besar bagi para siswa
untuk belajar menghargai pemikiran-pemikiran dan kemampuan orang lain serta
saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman-pengalaman masing-masing. Karena
itu diyakini bahwa melalui model pembelajaran investigasi kelompok yang di
dalamnya sangat menekankan pentingnya komunikasi yang bebas dan saling bertukar
pengalaman ini akan memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan jika
mereka melakukan tugas secara sendiri-sendiri.
Seorang guru dapat menggunakan strategi investigasi kelompok di dalam
proses pembelajaran dengan beberapa keadaan antara lain sebagai berikut:
- Bilamana guru bermaksud agar siswa-siswi mencapai studi yang mendalam tentang isi atau materi, yang tidak dapat dipahami secara memadai dari sajian-sajian informasi yang terpusat pada guru.
- Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptis tentang ide-ide yang disajikan dari fakta-fakta yang mereka dapatkan.
- Bilamana guru bermaksud meningkatkan minat siswa terhadap suatu topik dan memotivasi mereka membicarakan berbagai persoalan diluar kelas.
- Bilamana guru bermaksud membantu siswa memahami tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan atas interpretasi informasi yang berasal dari penelitian-penelitain orang lain yang mungkin dapat mengarah pada pemahaman yang kurang positif.
- Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan-keterampilan penelitian, yang selanjutnya dapat mereka pergunakan didalam situasi belajar yang lain, seperti halnya co-operative learning.
- Bilamana guru mengingatkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.
b. Bermain Peran (Role Playing)
Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari
nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Disamping itu
model ini di gunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan
mengorganisasikan isu-isu moral dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang
lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial.
Jika ditelaah dari esensinya, model bermain peran lebih menitik beratkan
keterlibatan partisipan dan pengamat dalam situasi atau masalah nyata serta
berusaha mengatasinya. Melalui proses ini disajikan contoh perilaku kehidupan
manusia yang merupakan contoh bagi siswa untuk menjajagi perasaanya, menambah
pengetahuan tentang sikap, nilai-nilai dan persepsinya, mengembangkan
keterampilan dan sikapnya di dalam pemecahan masalah, serta berupaya mengkaji
pelajaran dengan berbagai cara.
c. Model Penelitian Yurisprudensi (Yurisprodential
Inquiry)
Dalam model ini para siswa sengaja dilibatkan dalam masalah –masalah sosial
yang menuntut pembuatan kebijakan pemerintah yang diperlukan serta berbagai
pilihan untuk mengatasi isu tersebut, misalnya tentang konflik moral, toleransi
dan sikap-sikap sosial lainya.
2) Kelompok Model Pengolahan Informasi (Information
Processing Model).
Kelompok model pengolahan informasi salah satu kelompok model pembelajaran
yang lebih menitik beratkan pada aktivitas-aktivitas yang terkait dengan
kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa
melalui proses pembelajaran. Ada beberapa bentuk model yang dapat dipertimbangkan
guru untuk diterapkan di dalam proses pembelajaran yang termasuk kelompok model
ini yaitu:
- Berpikir Induktif (Inductive Thinking).
Model pembelajaran ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir seseorang tidak
dengan sendirinya dapat berkembang dengan baik jika proses pembelajaran di
kembangkan tanpa memperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan berpikir
seseorang. Strategi-strategi memungkinkan pembelajaran yang terarah pada
pengembangan kemampuan berpikir siswa harus digunakan berurutan karena keterampilan
berpikir yang satu dibangun di atas yang lain secara sequensial pula.
- Pencapaian Konsep (Concept Attainment)
Model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk
menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari
secara tepat dan efisien. Model ini memiliki pandangan bahwa para siswa tidak
hanya dituntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian
data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan
kemampuanya sendiri.
- Memorisasi
Model ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa menyerap dan
mengintegrasikan informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat informasi yang
telah diterima dan dapat me-recall kembali pada saat yang diperlukan.
- Advance Organizers
Model ini dikembangkan berdasarkan pemikiran Ausubel tentang materi
pembelajaran, struktur kognitif.
- Penelitian Ilmiah (Scientific Inquiry)
Penelitan ilmiah adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa di dalam
menyelesaikan masalah melalui suatu penelitian dengan membandingkan
masalah tersebut dengan kondisi nyata pada areal penelitian, membantu siswa di
dalam mengidentifikasi konsep atau metode pemecahan masalah pada kawasan
penelitian dan membantu mereka agar mampu mendesain cara-cara mengatasi
masalah.
- Inquiry Training
Model ini diarahkan untuk mengajarkan siswa suatu proses dalam rangka
mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena khusus. Tujuannya adalah membantu siswa
mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang
diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan
rasa ingin tahunya.
Inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung
teka-teki kepada siswa. Siswa-siswa yang menghadapi situasi tersebut akan
termotivasi menemukan jawaban masalah –masalah yang masih menjadi teka-teki
tersebut.
- Synectics
Sinektik merupakan salah satu model pembelajaran yang didisain oleh Gordon
yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreativitas.
3) Kelompok Model Personal (The Personal
Family Model)
Model personal pada dasarnya beranjak dari pandangan tentang “kedirian”,
individu. Pendidikan dan pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan
agar seseorang dapat memahami diri sendiri secara mendalam, memikul tanggung
jawab sehingga memungkinkan mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.
Yang termasuk model ini adalah model pembelajaran tanpa arahan (non directive
teaching), dan model-model yang terarah pada peningkatan rasa percaya diri.
a. Pembelajaran Tanpa Arahan.
Model pembelajaran tanpa arahan adalah model yang berfokus pada upaya
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar diorganisasi sedemikian
rupa untuk membantu siswa mengembangkan integritas kepribadian, meningkatkan
efektivitas serta membantu mercalisasikan harapan atau cita-cita siswa. Model
ini pada prinsipnya adalah meletakan peranan guru untuk secara aktif membangun
kerjasama yang diperlukan dan memberikan bantuan yang membangun kerjasama yang
diperlukan dan memberikan bantuan yang dibutuhkan pada saat para siswa mencoba
memecahkan masalah.
b. Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri
Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam
menumbuhkan rasa percaya diri siswa yang merupakan bagian dari modal-modal
personal.
- Model Latihan Kesadaran
Model latihan
kesadaran adalah model pembelajaran yang diarahkan untuk memperluas kesadaran
diri dan kemampuan untuk merasa dan berfikir. Modal latihan kesadaran memiliki
berbagai bentuk. Hal ini dapat di lakukan dari seorang pemimpin ke orang lain,
atau dari satu kelompok lain. Di dalam proses pembelajaran , latihan kesadaran
dimulai dengan pengaturan para siswa melalui berbagai bentuk arahan dari guru.
- Model Pertemuan Kelas
William Glasser
mengadaptasi model konseling untuk merancang modal ini dengan maksud membantu
para pelajar memikul tanggung jawab atas perilaku dan tanggung jawab untuk
lingkungan sosialnya sehingga dapat digunakan dalam lingkungan kelas. Didalam
kelas, modal ini diwujudkan seperti layaknya rapat atau pertemuan dimana
kelompok bertanggung jawab untuk membangun sistem sosial yang sesuai untuk
melaksanakan tugas-tugas akademis dengan mempertimbangkan unsur perbedaan
perseorangan denga tetap menghargai tugas-tugas bersama dan hak-hak orang lain.
4) Kelompok Model-Model Sistem Perilaku
Terdapat beberapa bentuk model yang termasuk kelompok model ini, yaitu;
Belajar Tuntas (Mastery Learning), Pengajaran Langsung (Direct Instruction),
Simulasi (Simulation), belajar sosial (Social Learning), berikut dijelaskan
tiga model dari kelompok ini yang lazim di kembangkan guru dalam proses
pembelajaran.
a. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Untuk memahami
bagaimana bentuk dan karakteristk belajar tuntas dapat diketahui dari beberapa
ciri berikut:
1) Setiap tujuan pembelajaran dinyatakan secara jelas dan terukur dan memuat
apa yang harus siswa-siswa lakukan.
2) Tujuan-tujuan pembelajaran harus dikelompokan. Misalnya didalam aritmatik
tujuan dikelmopokan seperti, penomoran, nilai, tempat, urutan, dll.
3) Tujuan pembelajaran harus merupakan pilihan tindakan yang benar-benar dan
mungkin dapat dilakukan, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi akibat
proses pembelajaran benar-benar dapat diukur.
4) Tujuan pembelajaran harus menggambarkan kebermaknaan urutan (sequence) atau
unit.
b. Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya
terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi
kegiantan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan
belajar siswa. Pendaya gunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara
ketat pula.
c. Simulasi (Simulation)
Simulasi sebagai salah satu model pembelajaran merupakan penerapan dari
prinsip sibernetik (Cybernetic)
sebagai salah satu cabang psikologi, para ahli psikologi Sibermetik
menganalogikan manusia dengan mesin yang memiliki sistem kendali yang mampu
membangkitkan gerakan dan mengendalikan diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar